YuriLabs
  • Home
  • Project
  • All Series
    • Manga
    • Manhwa
    • Manhua
  • Adv. Search
Login Register
Prev
Next
  • Home
  • Project
  • All Series
    • Manga
    • Manhwa
    • Manhua
  • Adv. Search
Cover

(LN) Langkah Ragu di Bawah Pohon Beringin

Chapter 9

  1. Home
  2. (LN) Langkah Ragu di Bawah Pohon Beringin
  3. Chapter 9 - Bayang-Bayang Keraguan
Prev
Next

Setelah momen di kantin di mana Nephy akhirnya mengakui perasaannya, Sophia merasa dunia menjadi lebih cerah. Mereka kembali seperti dulu—bercanda, berbagi es teh di kantin, dan sesekali mencuri pandang dengan senyum malu-malu. Namun, di balik kehangatan itu, Sophia masih merasakan sedikit ketidakpastian. Nephy memang berkata ia membutuhkan waktu untuk berbicara dengan keluarganya, tapi apa artinya itu? Apakah Nephy benar-benar serius, atau hanya mencoba menjaga perasaan Sophia? Pertanyaan-pertanyaan itu mengintai di sudut pikirannya, meski ia berusaha mengabaikannya.

Pagi itu, Sophia berjalan ke sekolah dengan langkah yang lebih ringan. Di gerbang, Nephy sudah menunggu, kali ini dengan jaket hoodie abu-abu yang sedikit kebesaran, membuatnya terlihat lebih santai dari biasanya. “Pagi, Soph!” sapa Nephy, mengacungkan sebuah kue cokelat dari tangannya. “Aku bawa ini buat kita berdua. Mau?”

Sophia tersenyum lebar, menerima kue itu dengan pipi yang sedikit memerah. “Wah, makasih! Kamu bikin sendiri?”

Nephy terkekeh, menggeleng. “Bukan, beli di toko dekat rumah. Tapi aku pilih yang paling enak, loh!” Mereka berjalan ke kelas sambil berbagi kue, mengobrol tentang rencana akhir pekan. Untuk pertama kalinya setelah beberapa hari yang penuh ketegangan, suasana terasa seperti dulu lagi—ringan dan penuh tawa.

Di kelas, pelajaran dimulai dengan pengumuman tentang acara festival seni sekolah yang akan diadakan dua minggu lagi. Setiap kelas diminta menyiapkan penampilan, dan kelas Sophia memilih untuk membuat pameran seni mini dengan karya-karya siswa. Guru menunjuk Sophia dan Nephy sebagai koordinator proyek, membuat mereka harus bekerja sama lebih intens. “Keren, kita bakal bikin sesuatu yang epik!” kata Nephy, matanya berbinar.

Sophia mengangguk, tapi di dalam hati, ia merasa ini adalah kesempatan baru untuk semakin dekat dengan Nephy. “Pasti! Kita bikin tema yang bikin orang takjub,” balasnya, mencoba menahan debaran di dadanya.

Saat istirahat, mereka duduk di sudut kantin, mulai mendiskusikan ide untuk pameran. Nephy mengeluarkan buku sketsanya, menunjukkan beberapa gambar yang ia buat: siluet dua orang di bawah pohon, lukisan langit senja, dan sketsa wajah yang samar-samar mirip Sophia. “Ini… Cuma iseng, sih,” kata Nephy cepat, wajahnya memerah saat menyadari Sophia memperhatikan sketsa itu.

Sophia tersenyum, hatinya menghangat. “Cantik banget, Nephy. Kamu harus masukin ini ke pameran.” Tapi di dalam hati, ia bertanya-tanya: Apa ini artinya Nephy sering mikirin aku?

Sore itu, mereka memutuskan untuk mulai merencanakan pameran di rumah Sophia. Di kamarnya, dengan meja penuh kertas dan cat air, mereka bekerja sambil mendengarkan playlist favorit Nephy. Di tengah diskusi tentang dekorasi, Nephy tiba-tiba diam, menatap Sophia dengan ekspresi yang sulit dibaca. “Soph, kamu pernah nggak ngerasa takut kalau sesuatu yang bagus banget tiba-tiba… hilang?” tanyanya pelan.

Sophia mengerutkan kening, merasakan nada serius dalam suara Nephy. “Maksudnya apa? Takut kehilangan apa?”

Nephy menunduk, memainkan ujung lengan hoodienya. “Entah kenapa, aku takut kalau kita… kalau kita terlalu deket, nanti ada sesuatu yang bikin kita jauh. Kayak kemarin, aku takut banget kalau perasaanku bikin kamu ilfeel atau… keluargaku nggak ngerti.”

Sophia merasa dadanya sesak. Ia meraih tangan Nephy, memegangnya lembut. “Nephy, aku nggak akan ilfeel sama kamu. Aku suka kamu apa adanya. Kalau kamu takut, kita hadapi bareng, oke? Aku nggak mau kita jauh lagi.”

Nephy menatap Sophia, matanya berkaca-kaca. “Makasih, Soph. Aku… aku beneran mau coba jujur sama perasaanku. Tapi aku harus ngomong sama keluargaku dulu. Aku janji bakal ceritain semuanya ke kamu kalau udah siap.”

Sebelum Sophia bisa menjawab, ponsel Nephy berdering. Ia melirik layar, dan wajahnya berubah cemas. “Aduh, ini mama. Aku harus pulang sekarang. Maaf, ya, Soph. Besok kita lanjutin, oke?” Nephy buru-buru merapikan barangnya dan pergi, meninggalkan Sophia dengan perasaan campur aduk.

Malam itu, Sophia duduk di ranjangnya, memandang sketsa yang ditinggalkan Nephy—gambar dua orang di bawah pohon yang mirip taman dekat sekolah. Sebuah pesan masuk dari Nephy: “Soph, tadi aku ngerasa lega banget ngobrol sama kamu. Aku bakal coba bicara sama mama besok. Doain aku, ya? Night.” Sophia membaca pesan itu berulang-ulang, hatinya penuh harap tapi juga cemas. Apa yang akan terjadi setelah Nephy berbicara dengan keluarganya? Akankah mereka bisa melangkah bersama, atau akan ada rintangan baru yang memisahkan mereka?

Comments for chapter "Chapter 9"

MANGA DISCUSSION

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

*

Chapter 9
Fonts
Text size
AA
Background

(LN) Langkah Ragu di Bawah Pohon Beringin

220 Views 2 Subscribers

Sophia, gadis pemalu yang baru masuk SMA khusus perempuan, bertemu Nephy, yang pesonanya mencuri hatinya. Dari obrolan di kantin hingga proyek seni bersama, persahabatan mereka berkembang menjadi...

Chapters

  • Free
    Chapter 10 Di Balik Senyum Nephy
  • Free
    Chapter 9 Bayang-Bayang Keraguan
  • Free
    Chapter 8 Langkah Baru
  • Free
    Chapter 7 Pengakuan di Taman
  • Free
    Chapter 6 Jarak yang Tiba-Tiba
  • Free
    Chapter 5 Rahasia yang Terbongkar
  • Free
    Chapter 4 Proyek Bersama
  • Free
    Chapter 3 Undangan ke Rumah
  • Free
    Chapter 2 Perasaan yang Tumbuh
  • Free
    Chapter 1 Pertemuan Pertama

Sign in

Lost your password?

← Back to YuriLabs

Sign Up

Register For This Site.

Log in | Lost your password?

← Back to YuriLabs

Lost your password?

Please enter your username or email address. You will receive a link to create a new password via email.

← Back to YuriLabs

Premium Chapter

You are required to login first